Senin, 23 Maret 2015

HIDUP BARU...


Udah lama blog ini aku biarkan berdebu, maklum kini kehidupanku telah jauh berbeda dari dulu..
setelah lulus kuliah 2 tahun lalu aku jadi jarang membuka-buka lagi catatan dan tugas-tugas kuliahku untuk di postkan.. (datanya berantakan, nyimpennya ga tau d mana)..
Terlebih setelah aku menikah, jadi makin sedikit waktu buat buka-buka blog..
Apalagi kini kesibukanku bertambah setelah ngajar di dua sekolah..
Hmmm,. Itu lah kehidupan baruku, setelah lepas dari predikat sebagai mahasiswi..
Tapi aku sangat senang dengan semuanya itu, terlebih setelah ada suami yang selalu ada disampingku, dan calon bayiku dikandunganku..
Benar-benar hidup baru yang menyenangkan bagiku... :)

Jumat, 14 Februari 2014

larutan baku

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
            Asidimetri dan alkalimetri yaitu 2 macam kelompok dari titrasi netralisasi. Asidimetri dan alkalimetri sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat  basa (basa bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang  berasal dari asam lemah) dengan larutan standart asam. Titrasi alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersifat  asam   (asam   bebas,   dan   larutan   garam-garam   terhidrolisis  yang berasal dari basa lemah) dengan larutan standart basa.

B.     RUMUSAN MASALAH
            Bagaimana cara menetapkan kadar larutan maupun indikator yang akan digunakan dalam praktikum.

C.    TUJUAN
            Membuat pereaksi dan mendesain percobaan alkalimetri, Asidimetri dan Iodimetri.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    MAKSUD DAN TUJUAN
            Membuat pereaksi dan mendesain percobaan alkalimetri, Asidimetri dan Iodimetri.

B.     TEORI DASAR
            Asidimetri dan alkalimetri yaitu 2 macam kelompok dari titrasi netralisasi. Asidimetri dan alkalimetri sering juga disebut dengan titrasi asidimetri dan titrasi alkalimetri. Titrasi asidimetri adalah titrasi larutan yang bersifat  basa (basa bebas, dan larutan garam-garam terhidrolisis yang  berasal dari asam lemah) dengan larutan standart asam. Titrasi alkalimetri adalah titrasi larutan yang bersifat  asam   (asam   bebas,   dan   larutan   garam-garam   terhidrolisis  yang berasal dari basa lemah) dengan larutan standart basa.
            Sedangkan iodimetri adalah merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakanuntuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodine dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat.Untuk senyawa yang mempunyai potensial reduksi yang rendah dapat direksikan secara sempurna dalam suasana asam. Adapun indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator kanji.
            Larutan standart/larutan baku adalah suatu larutan  yang   konsentrasinya   telah   diketahui   dengan   pasti   dan   teliti. Dimana, proses penambahan larutan standart ke dalam larutan analit sampai terjadi reaksi sempurna disebut proses titrasi. Dalam  titrasi juga  perlu   diperhatikan  larutan  standart primernya   dan   larutan   standart   sekundernya.  Larutan standart   primer  yaitu   suatu   zat   yang   sudah   diketahui kemurniannya   dengan   pasti,   konsentrasinya   dapat   diketahui dengan pasti dan teliti berdasarkan berat zat yang dilarutkan. Zat   yang   dapat   digunakan sebagai zat  baku  primer arus memenuhi persyaratan seperti berikut:
ü  Kemurniannya tinggi (pengotornys tidak melebihi 0,02%).
ü  Stabil   (tidak   menyerap   H2O   dan   CO2;   tidak   bereaksi   dengan udara, tidak mudah menguap, tidak terurai, mudah dan tidak berubah pada pengeringan).   Zat yang stabil berarti memiliki rumus kimia dan akan memudahkan  penimbangan.
ü  Memiliki bobot molekul (BM; Mr) atau bobot ekuivalen (BE) tinggi.
ü  Larutannya bersifat stabil.  
ü  Dalam hal tingkat kemurnian, reagen yang digunakan untuk analisis kuantitatif harus mempunyai spesifikasi reagen-analar   (AR). 
             
              Larutan   standart   sekunder  adalah   suatu   zat   yang tidak   murni   atau   kemurniannya   tidak   diketahui,   konsentrasi larutannya hanya dapat diketahui dengan teliti melalui proses standarisasi,   standarisasi   dilakukan   dengan   cara   menitrasi larutan tersebut dengan larutan standart primer. Serta faktor yang   paling   penting   adalah   ketepatan   dalam   pemilihan indikator   agar   kesalahan   titrasi   yang   terjadi   menjadi   sekecil mungkin. syarat-syarat   yang   harus   dimiliki   bahan  baku adalah sebagai berikut:
ü  Harus murni atau mudah dimurnikan.
ü  Harus dapat dikeringkan dan tidak higroskopik.
ü  Harus mantap dalam keadaan murni maupun dalam larutan.
ü  Harus dapat larut dalam pelarut yang cocok.
ü  Harus  dapat bereaksi secara stoikiometri  dengan larutan yang akan  distandarisasikan   atau   zat   yang   akan   ditetapkan kadarnya.
ü  Bobot   setara   hendaknya   besar,   agar   pengaruh   kekurangan ketelitian sewaktu penimbangan menjadi sekecil-kecilnya.
              Di dalam  pembuatan larutan standart asam yang biasa dipakai adalah HCl dan H2SO4. Asam nitrat (HNO3) tidak dipakai karena   mempunyai   sifat   yang   tidak   stabil   dan   mudah mengeluarkan gas NO, lagipula HNO3  adalah suatu oksidator kuat,   sehingga   dapat   merusak   indikator.   Untuk   titrasi   yang memerlukan   pemanasan,   lebih   baik   memakai   H2SO4,   sebab asam ini tidak mudah menguap pada pemanasan, tetapi dalam beberapa hal misalnya dengan air kapur dan air barit dapat membentuk   endapan,   sehingga   sering   menyulitkan.   Dengan HCl kurang baik, karena HCl sering keluar sebagai gas pada pemanasan.   Namun   demikian,   titrasi   yang   terbanyak   adalah memakai HCl, sebab umumnya HCl membentuk garam yang mudah larut dalam air.Larutan   standart   yang   diinginkan   biasanya   dibuat dengan   mengencerkan   asam   yang   pekat.   Tetapi   dalam pengenceran   sering   diperoleh   konsentrasi   yang   tidak   tepat, hanya mendekati saja, oleh sebab itu perludistandarisasikan.


C.    ALAT DAN BAHAN
Ø  Alat
1.    Labu Ukur
     Fungsi : Untuk mengencerkan zat
2.    Mortir dan Stamper
     Fungsi : Untuk menggerus H2C2O4.2H2O, Na2S2O3.5H2O
3.    Lampu spirtus
     Fungsi: Untuk memanaskan larutan amilum agar mempercepat reaksi.
4. Kaki Tiga
     Fungsi : Sebagai tungku dalam pemanasan pembuatan pasata amilum
4.    Kassa  
     Fungsi : Untuk alas pada pemanasan pembuatan pasta amilum
5.    Gelas Kimia
     Fungsi : Untuk membuat dan mendidihkan larutan
6.    Corong
     Fungsi : Untuk memindahkan larutan
7.    Batang Pengaduk
Fungsi : Untuk mengaduk larutan dalam pembuatan pasta amilum
8.    Pipet tetes
Fungsi : untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil (tetes) yaitu dalam percobaan ini untuk mengambil H2SO4
9.    Gelas ukur
     Fungsi : Untuk mengukur larutan

Ø  Bahan
1.    Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O)
2.    Natrium Hidroksida (NaOH)
3.    Fenolftalein (PP)
4.    Aquadest
5.    Etanol 95 %

D.    FUNGSI ZAT
1.      Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O)
Fungsi : sebagai zat baku primer pada alkalimetri
2.      Natrium Hidroksida (NaOH)
Fungsi : Sebagai zat baku sekunder
3.      Fenolftalein (PP)
Fungsi : Sebagai zat dalam pembuatan indikator
4.      Aquadest
Fungsi : Untuk melarutkan zat
5.      Etanol 95 %
Fungsi : Sebagai campuran pembuatan indikator



E.     CARA KERJA
1.      ALKALIMETRI
Ø  Pembuatan Baku Primer (H2C2O4.2H2O).
1.      Menghitung  massa H2C2O4.2H2O dan volume yang akan digunakan.
2.      Menimbang 3,15 gram kristal H2C2O4.2.H2O.
3.      Melarutkan dengan aquadest kristal H2C2O4.2.H2O dalam gelas kimia.
4.      Memasukkan larutan pekat  H2C2O4.2H2O  tersebut   ke   dalam   labu ukur 500 ml dan mengencerkannya dengan memasukkan aquades ke dalam labu ukur  tersebut sampai 500 ml.
5.      Mengocok pelan–pelan sampai larut.
6.      Menyimpan hasil pengenceran tersebut ke dalam suatu botol.
Ø  Pembuatan Baku Sekunder (NaOH)
1.   Menghitung  massa NaOH dan volume yang akan digunakan.
2.   Menimbang 2 gram kristal NaOH dan 1 gram kristal NaOH secara terpisah.
3.   Melarutkan dengan aquadest  kristal NaOH  2 gram dan 1 gram kristal NaOH secara terpisah dalam gelas kimia.
4.   Memasukkan   larutan  NaOH tersebut   ke   dalam   labu ukur 500 ml (untuk massa  kristal NaOH 2 gram) dan labu ukur 250 ml (untuk massa kristal NaOH 1 gram).
5.   Mengencerkannya dengan memasukkan aquades ke dalam labu ukur  tersebut sampai pada tanda batas dalam  labu ukur pada labu ukur 500 ml dan 250 ml).
6.   Mengocok pelan–pelan sampai larut.
7.   Memindahkan hasil pengenceran tersebut ke dalam botol.
Ø  Pembuatan Indikator Fenolftalein (PP)
1.   Menimbang 0,2 gram kristal Fenolftalein.
2.   Masukkan 60 ml etanol dalam labu ukur 100 ml.
3.   Melarutkan fenolftalein dengan aquadest dalam labu ukur yang telah berisi etanol 60 ml etanol tersebut sampai pada tanda batas dalam  labu ukur (100 ml).
4.   Mengocok pelan–pelan sampai larut.
5.   Memindahkan hasil pengenceran tersebut ke dalam botol.

2.      ACIDIMETRI
Ø  Pembuatan Baku Primer (Na2B4O7.10 H2O)
1.    Menghitung massa Na2B4O7.10 H2O dan volume yang akan digunakan.
2.    Menimbang 9,55 gram kristal Na2B4O7.10 H2O.
3.    Melarutkan dengan aquadest kristal Na2B4O7.10 H2O dalam gelas kimia .
4.    Memasukkan larutan pekat Na2B4O7.10 H2O  tersebut   ke   dalam   labu ukur 500 ml dan mengencerkannya dengan memasukkan aquadest ke dalam labu ukur  tersebut sampai 500 ml.
5.    Mengocok pelan–pelan sampai larut.
6.    Memindahkan hasil pengenceran tersebut ke dalam suatu botol.
Ø  Pembuatan Baku Sekunder (HCl)
1.   Menghitung  massa HCl dan volume yang akan digunakan.
2.   Menimbang  0,9125 gram kristal HCl  dan 0,4563 gram kristal HCl secara terpisah.
3.   Melarutkan dengan aquadest kristal HCl 0,9125 gram dan 0,4563 gram kristal HCl secara terpisah dalam gelas kimia.
4.   Memasukkan larutan HCl pekat tersebut ke dalam labu ukur 500 ml (untuk massa  kristal HCl  0,9125  gram) dan labu ukur 250 ml (untuk massa kristal HCl 0,4563   gram).
5.   Mengencerkannya dengan memasukkan aquades ke dalam labu ukur  tersebut sampai pada tanda batas labu ukur.
6.   Mengocok pelan–pelan sampai larut.
7.   Memindahkan hasil pengenceran tersebut ke dalam botol.
Ø  Pembuatan Indikator Metil Jingga
1.   Menimbang 0,04 gram metil jingga.
2.   Masukkan etanol 21,0526 ml dalam labu ukur 100 ml.
3.   Melarutkan metil jingga dengan aquadest dalam labu ukur yang telah berisi etanol 95 % tersebut sampai 100ml.
4.   Mengocok pelan–pelan sampai larut.
5.    Memindahkan hasil pengenceran tersebut ke dalam botol.

F.     HASIL PERCOBAAN
Perhitungan
Ø   Alkalimetri
1.      Pembuatan Baku Primer H2C2O4.2H2O 0,1 N
Dik :
Reaksi    = C2O42- ® 2CO2 +   , Berarti n = 2
N            = 0,1 N = 0,05 M
Mr          = 126
Volume = 10(siswa)x3(triplo)x10 (volume dibutuhkan dalam pembakuan)
               = 300 ml (labu ukur yang digunakan adalah labu ukur dengan volume 500 ml)
M                  =  x
0,05   =
2. gr   =  6,3
gr       = 3,15 gr
Ø  Jadi untuk membuat larutan standart  H2C2O4.2H2O 0,1 N sebanyak 300 ml diperlukan 3,15 gr H2C2O4.2H2O dan melarutkannya dengan aquadest sampai  500 ml.
2.      Pembuatan Baku sekunder NaOH 0,1 N
Dik :
Reaksi   = Na+ + è ® Na , berarti n = 1
N          = 0,1 = 0,1 M
Mr         = 40
Volume = 10(siswa)x3(triplo)x10(volume dibutuhkan dalam pembakuan)
              = 300 ml (labu ukur yang digunakan adalah labu ukur dengan volume 500 ml)

M                  =  x
0,1     =
2.gr    = 4
gr       = 2 gr
Ø  Jadi untuk membuat larutan standart  NaOH 0,1 N sebanyak 300 ml (dalam labu ukur 500 ml) diperlukan 2 gram HCl untuk volume 500.
3.      Pembuatan larutan indikator fenolftalein (PP).
Dik :  M1 = 20
           M2 = 90 (etanol 90%)            
                              V= 100 ml

       M1  x V1 = M2 x V2
95     x V1 =  20 X 100
                             V1 =  21,05 ml
Ø Jadi untuk membuat Indikator fenolftalein (PP) sebanyak 100 ml diperlukan volume etanol  21,0526 ml dan melarutkannya dengan aquadest sampai  100 ml.

Ø Asidimetri
1.    Pembuatan Baku Primer Na2B4O7.10.H2O 0,1 N
Dik :
 n           = 2
N            = 0,1 N = 0,05 M
Mr          = 382
Volume = 10(siswa)x3(triplo)x10 (volume dibutuhkan dalam pembakuan)
                = 300 ml (labu ukur yang digunakan adalah labu ukur dengan volume 500 ml)

M                  =  x
0,05   =
2. gr   =  19,1
gr       = 9,55 gr
Ø  Jadi untuk membuat larutan standart  Na2B4O7.10 H2O 0,1 N sebanyak 500 ml diperlukan 9,55 gr NaOH dan melarutkannya dengan aquadest sampai  500         ml.
2.    Pembuatan Baku Sekunder HCl 0,1 N
Dik :
Reaksi    =  2Cl-  ® Cl2 + 2è , berarti n = 2
n             =  2
N            =  0,1 N
Mr          =  40
Volume = 10(siswa)x3(triplo)x10 (volume dibutuhkan dalam pembakuan)
              = 300 ml (labu ukur yang digunakan adalah labu ukur dengan volume 500 ml).
N      = n . M
0,1    =
1825000 gr
gr      = 0,9125 gram
Ø Jadi untuk membuat larutan standart  HCl 0,1 N sebanyak 750 (dalam labu ukur 500 ml dan 250 ml) diperlukan 0,9125 gram HCl untuk volume 500 ml dan 0,4563 gram untuk volume 250 ml.

3.    Pembuatan Indikator Metil Jingga
Dik :  M1 = 90 (etanol 90 %)
           M2 = 20                     
                              V= 100 ml

       M1  x V1 = M2 x V2
90  x V1 =  20 X 100
                             V1 = 22,2 ml
Ø Jadi untuk membuat Indikator Metil Jingga sebanyak 100 ml diperlukan volume etanol 22,2 ml dan melarutkannya dengan aquadest sampai  100 ml.


G.    DISKUSI
Ø  Alkalimetri
Dalam percobaan ini didesain membuat pereaksi untuk 10 siswa, volume yang dibuat harus dilebihkan karena bisa saja dalam penggunaannya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti, tumpah, kesalahan pemipetan, dll. Disini terjadi kesalahan dalam pembuatan baku sekunder yaitu ketika dalam praktiknya hanya dibuat 500 ml dengan acuan hanya dibuat pereaksi untuk pembakuan baku sekunder dan tidak dibuatnya baku sekunder untuk penetapan kadar. Namun keselahan ini setidaknya menjadikan praktikan harus berhati-hati dalam percobaan mendatang dan menanyakan pada teman sesama praktikan.

Ø  Asidimetri
Dalam percobaan ini didesain membuat pereaksi untuk 10 siswa. Dalam pereaksi iodimetri didesain untuk membuat pereaksi untuk 10 siswa, volume yang dibuat harus dilebihkan karena bisa saja dalam penggunaannya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti, tumpah kesalahan pemipetan, dll.
H.    KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pada pembuatan pereaksi alkalimetri:
§  Baku primernya yaitu H2C2O4.2.H2O 0,1 N dengan volume 500 ml diperlukan 3,15 gr H2C2O4.2H2O.
§  Baku sekundernya yaitu NaOH 0,1 N sebanyak 750 (dalam labu ukur 500 ml dan 250 ml) diperlukan 2 gram HCl untuk volume 500 ml dan 1 gram untuk volume 250 ml.
§  Indikatornya yaitu Fenolftalein, diperlukan 0,2 gram kristal fenolftalein dengan menggunakan etanol 95 % sebanyak 60 ml untuk membuat larutan indikator 100 ml.
2.      Pada pembuatan pereaksi asidimetri
§  Baku primernya yaitu Na2B4O7.10 H2O 0,1 N dengan volume 500 ml diperlukan 9,55 gr
§  Baku sekundernya yaitu HCl 0,1 N sebanyak 750 (dalam labu ukur 500 ml dan 250 ml) diperlukan 0,9125 gram HCl untuk volume 500 ml dan 0,4563 gram untuk volume 250 ml.
§  Indikator yang dibuat yaitu metil jingga, diperlukan 0,04 gram kristal metil jingga, etanol 21,0526 ml untuk membuat 100 ml larutan indikator.










LAMPIRAN


A.    DOKUMENTASI
 





                                                                                  




DAFTAR PUSTAKA

Afidz. 2011. Asidi-Alkalimetri. http://afidblog.com.
Anonim. 2010. Laporan Praktikum larutan.http://www.scrib.com.
Anonim. 2011. Laporan Asidi dan Alkalimetri .
Underwood, A.L. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :Penerbit Erlangga