Jumat, 14 Februari 2014

kromatografi lapis tipis

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Penyelesaian
Mata Kuliah Praktikum  Kimia Organik
logo_univ_Muhammadiyah_cirebon.jpg
 










Disusun Oleh:
Yully Supartiwi
NIM. 090621010


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
Jl. Fathahillah No. 40 Watu Belah Sumber

2011 – 2012

KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT  Tuhan  Rob segala alam sehingga dengan Rahmat-Nya serta kalimat-Nya yang suci yaitu BISMILAH merupakan bentuk penyadaran atas diri seorang manusia yang tenggelam dalam dunia fana ini, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Kimia Analisa Kualitatif, Kation dan Anion tepat pada waktunya. Shalawat dan salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya yang telah membimbing umatnya kejalan yang benar diatas keridhaan Allah SWT.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan Praktikum Kimia Analisa dan agar dapat mengikuti praktikum-praktikum selanjutnya yang harus ditempuh di program studi kimia. Selain itu Laporan Praktikum Kimia Analisa ini adalah sebagai bukti hasil dari percobaan-percobaan yang dilakukan saat praktikum, dan untuk melengkapi tugas dari Praktikum Kimia Analisa Kualitatif.
Penulisan laporan ini didasarkan pada hasil percobaan yang dilakukan selama praktikum serta literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.
Dengan ini, praktikan juga menyampaikan terima kasih kepada :
1.      Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materil maupun spiritual.
2.      Dosen mata kuliah Praktikum Kimia Organik Bapak Muh.Yani Zamzam S.si., M.Farm.,Apt dan  Dewi Nurdiyanti, M.Pd
3.      Laboran yang telah membantu praktikan dalam pelaksanaan praktikum.
4.      Rekan-rekan mahasiswa kimia, sesama praktikan
            Semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan akan di balas oleh Allah SWT, dengan pahala yang berlipat ganda.Laporan ini merupakan tulisan yang dibuat berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Tentu ada kelemahan dalam teknik pelaksanaan maupun dalam tata penulisan laporan ini. Maka saran saran dari pembaca dibutuhkan dalam tujuan menemukan refleksi untuk peningkatan mutu dari laporan serupa di masa mendatang. Akhir kata, selamat membaca dan terima kasih.
                                                                           
                                                                                Cirebon, 25 Januari 2012                                                                                                                                                                                                                                                                  Penulis 



BAB I
PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG
            Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat – zat itu menunjukan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing – masing zat dapat diidentifikasikan atau ditetapkan dengan metode analitik.
            Jenis – jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatifyang digunakan dalam penetapan kadar adalah kromatografi kolom, kromatografi gas, kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebuh bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana.

B.     RUMUSAN MASALAH
            Apakah ada senyawa kimia yang terkandung dalam sampel yang akan diujikan, seperti Ekstrak sambiloto, ekstrak cabe, dan serbuk jamu. Jika ada senyawa kimia apa sajakah yang terkandung didalamnya.

C.    TUJUAN
            Mengetahui apakah ada senyawa kimia yang terdapat dalam sampel, melalui tahap identifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis.


BAB II
PENDAHULUAN


A.    MAKSUD DAN TUJUAN
            Mengetahui ada tidaknya bahan kimia yang terkandung dalam sampel yang sudah disediakan (dalam ekstrak sambiloto, ekstrak cabe dan jamu).

B.     TEORI DASAR
            Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat – zat itu menunjukan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing – masing zat dapat diidentifikasikan atau ditetapkan dengan metode analitik.
            Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hinggga terpisah dengan zat terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut terbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silika gel dan resin penukar ion, atau dapat bertindak melarutkan zat pelarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cair pada suatu penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam. Partisi merupakan pemisah yang utama dalam kromatografi gas – cair, kromatografi kertas, dan bentuk kromatografi kolom yang disebut kromatografi cair – cair. Dalam praktek, sering kali pemisahan disebabkan oleh suatu kombinasi efek adsorbsi dan partisi.
            Jenis – jenis kromatografi yang bermanfaat dalam analisis kualitatif dan kuantitatifyang digunakan dalam penetapan kadar adalah kromatografi kolom, kromatografi gas, kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis umumnya lebuh bermanfaat untuk tujuan identifikasi, karena mudah dan sederhana. Kromatografi kolom memberikan pilihan fase diam yang lebih luasdan berguna untuk pemisahan masing – masing senyawa secara kuantitatif dari suatu campuran. Kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi kedua – duanya membutuhkan peralatan yang lebih rumit dan umumnya merupakan metode dengan resolusi tinggi yang dapat mengidentifikasi serta menetapkan secara kuantitatif bahan dalam jumlah yang sangat kecil.
1.      Kromatografi Lapis Tipis
               Pada kromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi, partisi atau kombinasi kedua efek, tergantung dari jenis zat penyangga, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan. Kromatografi lapis tipis dengan lapis tipis penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf  yang identik dan ukuran yang hampir sama, dengan menotolkan zat uji dan baku pembanding pada lempeng yang sama. Pembandingan visual ukuran bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar secara semi kuantitatif. Pengukuran kuantitatif dimungkinkan, bila digunakan densitrometi, fluoresensi atau pemadaman fluoresensi, atau bercak dapat dikerok dari lempeng, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesuai dan diukur secara spektrofotometri. Pada kromatografi lapis tipis dua dimensi, lempeng yang telah dieluasi diputar 90o dan dieluasi lagi, umumnya menggunakan bejana lain yang dijenuhkan menggunakan sistem pelarut yang berbeda.
a.       Fase Diam (Lapisan Penjerap)
              Fase diam polar pada umumnya yang digunakan adalah silica gel, alumunium, oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida dan lain – lain. Fase diam non polar, misalnya adalah MCL – Gel, CHP20P, C – 18, dan RP – 18.
b.      Fase gerak (Pelarut Pengembang)
              Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Yang digunakan hanyalah pelarut bertingkat mutu analitik dan bila diperlukan, sistem pelarut multi komponen ini harus berupa suatu campuran sederhana mungkin yang terdiri atas maksimum 3 komponem. Pada kromatografi serap, pelarut pengembang dapat dikelompokan kedalam deret elutropik berdasarkan efek elusinya. Makin naik efek elusinya, makin naik kepolaran pelarut.
c.       Bejana Kromatografi
              Bejana harus dapat menampung pelat 200 x 200 mmdan harus tertutup rapat. Untuk menjenuhkan bejana dapat digunakan secarik kertas saring bersih yang ditaruh pada dinding sebelah dalam bejana berbentuk U dan dibasahi dengan pelarut pengembang. Tingkat kejenuhan mempunyai pengaruh nyata pada pemisahan dan letak bercak pada kromatogram.
d.      Pengembangan
              Pengembangan merupakan proses pemisahan campuran cuplikan akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Jarak pengembang normal adalah jarak antara garis awal dan garis akhir.


e.       Deteksi
              Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukan penyerapan didaerah UV gelombang pendek (rardiasi utama pada kira – kira 254 mm) atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi radiasi gelombang UV pendek dan atau gelombang panjang (365 mm). Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak dapat dideteksi harus dicoba dengan pereaksi kimia, pertama tanpa dipanaskan, kemudian bila perlu dengan pemanasan. Deteksi secara biologi dapat dilakukan untuk senyawa yang mempunyai aktivitas fisiologi tertentu. Misalnya dengan menuangkan suspensi darah – gelatin untuk mendeteksi senyawa yang menghomolisis darah (turunan saponin).
2.      Kromatografi Kolom
               Kromatografi kolom merupakan metode pemisahan campuran dimana campuran yang akan dipisahkan diletakan dalam bentuk pita pada bagian atas kolom penjerap yang berada dalam tabung kaca, tabung logam atau bahkan tabung plastik. Dan fase gerak dibiarkan mengalir melalui kolom karena alirannya disebabkan oleh gaya berat atau didorong dengan tekanan.
a.       Kromatografi kolom adsorpsi
Zat penjerap (misalnya alumunium oksida yang telah diaktifkan, silika gel, tanah diatome terkalsinasi, atau tanah silika yang dimurnikan untuk kromatografi) dalam keadaan kering atau dalam campuran dengan air, dimampatkan kedalam tabung kromatografi kaca atau kuarsa. Zat uji yang dilarutkan dalam sejumlah kecil pelarut, dituangkan kedalam kolom yang dibiarkan mengalir kedalam zat penjerap. Zat berkhasiat diadsorpsi dari larutan secara kuantitatif oleh bahan penjerap berupa pita sempit pada permukaan atas kolom. Dengan penambahan pelarut lebih lanjut melalui kolom, oleh gaya gravitasi atau dengna memberikan tekanan, masing – masing zat bergerak turun dalam kolom dengan kecepatan tertentu, sehingga terjadi pemisahan dan diperoleh kromotogram. Laju gerakan zat dipengaruhhi oleh sejumlah variabel, misalnya daya adsorpsi zat penjerap, ukuran, partikel dan luas permukaan, sifat dan polaritas pelarut, tekanan yang digunakan dan suhu sistem kromatografi.
b.      Kromatografi kolom partisi
              Pada kromatografi partisi, zat yang harus dipisahkan terbagi antara 2 cairan yang tidak saling bercampur. Salah satu cairan yaitu, fase diam, umumnya di adsorbsikan pada penyangga padat, karena itu mempunyai area permukaan yang sangat luas terhadap pelarut yang mengalir atau fase gerak. Kontak cairan dengan cairan secara berturutan yang berulang kali terjadi, menghasilkan efisiensi pemisahan yang tak dapat dicapai dengan cara ekstrasi cair – cair biasa.
              Penyangga padat umumnya bersifat polar, dan fase diam yang teradsorpsi bersifat lebih polar dari pada fase gerak. Penyangga padat yang banyak digunakan adalah tanah silika untuk kromatografi, seperti Celite 545 yang dicuci engan asam, dengan ukuran partikel yang sesuai sehingga fase gerak dapat mengalir dengan baik. Pada kromatografi partikel fase balik, fase diam yang teradsorpsi bersifat kurang polar daripada fase gerak dan zat penjerap padat dibuat nonpolar dengan perlakuan yang sesuai menggunakan pereaksi silanisasi, seperti diklorodimetilsilana, sehingga dihasilkan tanah silika yang tersilanisasi untuk kromatografi.
              Contoh yang akan dikromatografi umumnya dimasukan kedalam sistem kromatografi menggunakan salah satu dari dua cara berikut : (a) laruta uji dalam sejumlah kecil fase gerak dimasukan kedalam kolom, atau (b) larutan uji dalam sejumlah kecil fase diam dicampur dengan penyangga padat dan dimasukan kedalam kolom sebagai lapisan diatas campuran fase diam dan zat penjerap.
              Eluasi dilakukan dengan pelarut yang mengalir seperti disebutkan sebelumnya. Umumnya sebelum digunakan, fase gerak dijenuhkan dahulu dengan fase diam.
3.      Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
          Kemajuan dalam teknologi kolom ,sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Metode ini dikenal sebagai kromatografi cair kinerja tinggi.
          Tiga bentuk kromatografi cair kinerja tinggi yang paling banyak digunakan adalah penukar ion, partisi dalam adsorpsi. Kromatografi penukar ion terutama digunakan untuk pemisah zat – zat larut dalam air yang ionik atau yang dapat terionisasi dengan bobot molekul kurang dari 1500. Fase diam pada kromatografi penukar ion umumnya resin organik sintetik dengan gugus aktif yang berbeda – beda. Pada resin penukar kation terdapat gugus aktif yang bermuatan negatif dan resin ini digunakan untuk pemisahan zat – zat bersifat basa, misalnya amina. Sebaliknya pada resin penukar anion terdapat gugus aktif bermuatan positif,  yang akan menarik zat – zat dengan gugus fosfat, sulfonat atau karboksilat yang bermuatan negatif. Senyawa larut air yang ionik atau yang dapat terionisasi akan mengalami tatrikan oleh resin, dan perbedaan dalam afinitas akan menyebabkan terjadinya pemisahan kromatografi. pH fase gerak, suhu, jenis ion, konsantrasi ionik, dan senyawa organik tertentu yang berfungsi untuk memodifikasi dapat mempengaruhi tertariknya zat pelarut, dan variabel – variabel tersebut dapat diatur agar diperoleh derajat pemisahan yang diinginkan.
          Pada kromatografi partisi digunakan fase gerak dan fase diam dengan polaritas yang berbeda. Jika fase gerak dan fase diam dengan polaritas yang berbeda, jika fase gerak bersifat polar dan fase diam non polar, dikenal sebagai kromatografi fase balik, maka senyawa non polar yang larut dalam hidrokarbon, dengan bobot molekul kurang dari 1000, seperti vitamin larut lemak dan antrakinon, dapat dipisahkan berdasarkan atas afinitasnya terhadap fase diam, modifikasi pelarut fase gerak yang polar dengan pelarut yang kurang polar menyebabkan berkurangnya afinitas serta retensi senyawa pada  kolom. Jika fase gerak bersifat nonpolar dan fase diam polar, maka zat yang bersifat polar, seperti golonngna alkohol dan amina dapat dikromatografi. Fase gerak yang nonpolar dapat dimodifikasi dengan suatu pelarut yang lebih polar untuk mengurangi retensi dan mengubah pemisahan.
Alat pada dasarnya alat kromatografi cair terdiri dari sistem pompa, tempat penyuntikan analit, kolom kromatografi, detektor, penguat sinyal, dan perekam. Sistem pompa tekanan tinggi mengalirkan pelarut fase gerak dari bejana pelarut kekolom melalui pipa tekanan tinggi. Dua cara digunakan untuk memasukan analit kedalam kolom, yakni injeksi kedalam arus yang mengalir dari injeksi waktu “aliran berhenti”.
          Kolom yang digunakan untuk pemisahan analitik umumnya mempunyai diameter dalam yang kecil (2 mm hingga 4 mm), kolom yang berdiameter lebih besar digunakan untuk keperluan preparatif. Kolom dapat dipanaskan agar dihasilkan pemisahan yang lebih efisien, akan tetapi suhu diatas 60o jarang digunakan, oleh karena mungkin terjadi penguraian fase diam atau penguapan fase gerak pada suhu yang lebih tinggi tersebut. Umunya kolom dipertahankan pada suhu kamar.
Detektor yang biasa dipakai mencakup fotometer ultraviolet, refraktometer diferensial dan fluorometer.
4.      Ilustrasi Proses Pemisahan Dalam Kromatografi


C.    ALAT DAN BAHAN
Ø  Alat
1.    Pinset                                         6. Kaca
2.    Erlemeyer                                   7. Tangas Air
3.    Gelas ukur                                  8. Bejana
3.    Cawan penguap                         9. Sinar UV
4.    Pipa kapiler
5.    Kertas saring

Ø  Bahan
1.         Ekstak cabe                                         6. Metanol
2.         Ekstrak sambiloto                                7. Asam asetat
3.         Jamu                                                    8. Etil asetat
4.         Aquadest                                             9. Aseton
5.         Kloroform                                           10. Heksana

D.    FUNGSI ZAT
1.      Ekstak cabe
Fungsi : Bahan yang ingin diuji (sampel)
2.      Ekstrak sambiloto
Fungsi : Bahan yang ingin diuji (sampel)
3.      Jamu
Fungsi : Bahan yang ingin diuji (sampel)
4.      Aquadest
Fungsi : Untuk melarutkan zat
5.      Kloroform
Fungsi : Untuk campuran pembuatan ekstrak jamu agar memperoleh baik senyawa polar maupun nonpolar yang terkandung dalam sampel
6.      Metanol
Fungsi : Untuk mencuci ampas dalam pembuatan ekstrak sampel dan untuk campuran pembuatan ekstak jamu
7.      Asam asetat
Fungsi : Untuk campuran pembuatan ekstrak cabe dan sambiloto
8.      Etil asetat
Fungsi : Untuk campuran dalam pembuatan ekstrak jamu
9.      Aseton
Fungsi : Untuk campuran dalam pembuatan ekstrak sambiloto
10.  Heksana
Fungsi : Untuk campuran dalam pembuatan ekstrak jamu

E.     CARA KERJA
Ø Siapkan pelat KLT silika gel GF254 ukuran 10 X 3 cm.
Ø Tandai pada bagian ujung kanan dengan pensil pada jarak 1 cm dari tepi bawah. Tandai juga pada jarak 0,5 cm dari tepi atas, sehingga jarak rambat fase gerak +/- 8,5 cm.
Ø Siapkan fase gerak denngan komposisi seperti pada tabel 1 (sesuai dengan kelompoknya), masukan kedalam larutan labu erlenmeyer. Tutup labu, kocok kuat hingga homogen.
Ø Jenuhkan bejana dengan kertas saring, menggunakan fase gerak.
Ø Totolkan sampel 3 kali menggunakan pipa kapiler. Diameter totolan tidak lebih dari 3 mm, biarkan kering diudara baru lakukan penotolan berikutnya (jarak penotolan seperti pada gambar)
Ø Lakukan pengembangan, hingga mencapai batas. Angkat pelat KLT dan biarkan mengering diudara.
Ø Deteksi dengan sinar UV, foto kromatogram, dan tandai bercak yang muncul dengan pensil.
Ø Hitung Rf dan Hrf
Ø Buat kesimpulan

Rf =  
hRf = 100 x Rf

Cara Kerja Analisis Ekstrak sambiloto
1.        Pembuatan sampel (ektrak sambiloto)
Ø Menimbang ± 300 mg serbuk sambiloto.
Ø Memasukkan serbuk sambiloto tersebut ke dalam cawan penguap campur dengan 5 ml metanol.
Ø Mengocok larutan tersebut, kemudian dipanaskan diatas tangas air selama ± 2 menit dan dinginkan.
Ø Menyaring hasil larutan dengan menggunakan kertas saring, kemudian cuci ampas dengan metanol, hingga diperoleh 5 ml filtrat.
Ø Memasukkannya kedalam suatu wadah sampel.
2.        Pembuatan fase gerak
Ø Menyiapkan fase gerak dengan komposisi  25 gram etil asetat; 17,5 ml aseton; 5 ml asam asetat; aquadest 2,5 ml (perbandingan 50:35:10:5).
Ø Masukkan semua bahan kedalam larutan  Erlenmeyer sampai 50 ml.
Ø Menutup labu, mengocok kuat hingga homogen.
3.        Pembuatan fasa diam
Ø Menyiapkan pelat KLT silika gel GF254 ukuran 10 x 3 cm (fasa diam).
Ø Menandai bagian ujung kanan dengan pensil dengan jarak 1 cm dari tepi bawah.
Ø Menandai juga dengan jarak 0,5 cm dari tepi atas, sehingga jarak rambat fase gerak ± 8,5 cm.
4.        Pengembangan sampel (analisis sampel)
Ø Menjenuhkan bejana dengan kertas saring, menggunakan fase gerak yaitu dengan memasukkan fasa gerak kedalam bejana kemudian menutup bejana menggunakan kaca yang telah diberi vaselin (agar menempel rapat pada mulut bejana sehingga tidak adanya keluar masuknya udara).
Ø Menotolkan sempel menggunakan pipa kapiler (diameter totolan tidak lebih dari 3 mm) dalam fasa diam (pelat KLT silica gel).
Ø Mengeringkan hasil totolan diudara kemudian lakukan penotolan berikutnya (sampai 3X).
Ø Melakukan pengembangan, yaitu dengan memasukkan fasa diam yang telah ditotolkan sampel kedalam bejana menggunakan pinset  hingga mencapai batas.
Ø Mengangkat pelat KTL dengan menggunakan pinset dan biarkan mengering di udara.
Ø Mendeteksi dengan sinar UV, kemudian kromatogram difoto
Ø Menandai bercak yang muncul dengan pensil
Ø Menghitung Rf dan hrf.

Tabel 1 Komposisi Fase Gerak Tiap Kelompok
Kelompok
Sampel
Komposisi fase gerak
Total volume
I dan III
Ekstrak sambiloto
Etil asetat – aseton – asam asetat – air
(50 : 35 : 10 : 5)
50 ml
II dan IV
Jamu
Kloroform – metanol – asam asetat
(95 + 1 + 5)
50,5 ml
V
Ekstrak Cabe
Heksana – etil asetat – air
(25 : 75 : 1)
50,5 ml









F.     HASIL PERCOBAAN
1.    Analisis Ekstrak Sambiloto
Rf =



x2
        
         x1
     S              
0,5cm

                     
   y 
         1 cm

Dik : y      = 8,5 cm
         X1    = 3,5 cm
         X2     = 7,4 cm
·         Rf 1
Rf =
       = 0,4117
hRf = Rf x 100
        = 0,4117 x 100 = 41,17
·      Rf II
Rf =
              =  = 0,8706
hRf = Rf x 100
        = 0,8706 x 100 = 87,06


G.    DISKUSI
            Praktikum ini bertujuan mengidentifikasi bahan  kimia dalam serbuk sambiloto. Hasil elusi menunjukkan bahwa ada dua bercak yang dimiliki oleh ekstrak sambiloto, dengan Rf  0,4117  dan 0,8706. Dengan hasil  tersebut praktikan mengambil kesimpulan bahwa  ekstrak sambiloto tidak mengandung senyawa kimia. Pada hasil kromatografi ekstrak sambiloto didapat bercak berwarna hijau dengan Rf  0,4117 dan 0,8706. Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :
Rf =
            Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka menyatakan, nilai Rf yang baik yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2 - 0,8.

H.    KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1.      Sambiloto tidak mengandung senyawa kimia.
2.      Pada hasil kromatografi untuk ekstrak sambiloto didapat bercak berwarna hijau.
3.      Perhitungan Rf yang diperoleh dario hasil percobaan kromatografi untuk ekstrak sambiloto adalah Rf 0,4117 dan 0,8706.










LAMPIRAN

A.    DOKUMENTASI

 












DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Kromatografi Lapis Tipis. 
http://www.chem-is-try/ instrumen_analisis/kromatografi_lapis_tipis/
Choli. 2011. Laporan Praktikum KLT.
Meronda, Rahma. 2010. Kromatografi Lapis Tipis. http://www.meronda.com.


2 komentar: